Welcome... !!! Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Ini :)

Selasa, 10 April 2012

Filsafat Ilmu dan Agama



BAB I
PENDAHULUAN
Pembahasan yang membicarakan agama dari sudut pandang ilmu agama atau filsafat agama masih hampa. Umumnya orang bicara masalah agama dari sudut pandang teologia, yang berarti keyakinan sudah mendahului pendapatnya.
Kalau orang bicara masalah agama dari ilmu agama, berarti yang dibicarakan lebih utama adalah gejala-gejala yang nampak, tanpa penilaian agama itu sendiri. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial, dan ilmu agama dimana semuanya mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama.
Untuk itu kami selaku penyusun mencoba menelaah keterkaitan antara filsafat ilmu dan filsafat agama.


BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat Ilmu
     Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmi-ilmu sosial, namun karena permasalahan- permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu sosial .
A.       Pengertian Filsafat
Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah:
1.      Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2.      Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasra serta nyata
3.      Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainnya.
4.      Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
5.      Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu anda melihat apa yang anda katakan dan untuk mengatakan apa yang anda lihat.
            Filsafat secara terminologi sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik tekannanya bahkan, Moh Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam definisinya. Oleh karena itu, biarkan saja seseorang meneliti filsafat terlebih dahulu kemudian menyimpulkan sendir.i
 pendapat ini ada benarnya, sebab intisari berfilsafat itu terdapat dalam pembahasan bukan pada definisi. Namun, definisi filsafat untuk dijadikan patokan awal diperlukan untuk diberi arah dan cakupan objek yang dibahas, terutama yang terbaik dengan filsafat ilmu.
B.       Pengertian Ilmu
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu
Adapun beberapa ciri-ciri utama ilmu menurut terminologi, antara lain adalah:
1.      Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap, sebab ilmu dapat memuat di dalam nya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
2.      Ilmu itu bersifat metodologi.
3.      Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli di antaranya adalah:
-          Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag,mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik(keempatnya serentak).
-          Ashley Montagu, Guru Besar Antropolog di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Dari keterangan para ahli tentang ilmu di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka dan kumulatif.
Adapun perbedaan antara ilmu dan pengetahuan ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pengetahuan adalah keseluruhan sesuatu yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Sedangkan, ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu, karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Bisa diibaratkan ilmu bagaikan sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut serta dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan, pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan di tempat lain yang belum tersusun dengan baik.
Setelah dipahami pengertian filsafat, ilmu, dan pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu

C.        Tujuan Filsafat Ilmu
Tujuan filsafat ilmu adalah:
1.        Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2.        Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapay gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis
3.        Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan ilmiah dan non ilmiah.
4.        Mendorong pada calon ilmuan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.
5.        Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
  
BAB III
Filsafat Agama
Jika kita membahas filsafat agama berarti kita tidak akan lepas pula dari pembahasan filsafat ketuhanan(Teologi Filsafat) yaitu hikmah(kebijaksanaan) menggunakan akal-pemikiran dalam menyelidiki ada dan esa-Nya tuhan.
Istilah ini nampaknya masih baru, namun pada hakikatnya tidaklah baru dalam materi, justru persoalan mencari dan menyelidki Tuhan telah ada semenjak manusia ada di permukaan bumi ini.
Sungguhpun istilah baru telah muncul setelah para ahli fikir mengemukakann kesimpulannya bahwa faham ketuhanan bukan hanya sutatu dogma belaka, atau suatu kepercayaan yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya melalui akal fikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuannya yang benar(yang sesuai dengan objeknya) ynag dapat di uji melalui logika akademi.

A.       Istilah dan definisi agama
Istilah agama dalam bahasa asing bermacam-macam, antara lain : religio, religion, religie, godsdienst, addien, dll.
Adanya macam-macam istilah sebaiknya tidak usah dibeda-bedakan. Dalam istilah religi atau agama ada yang tanpa Tuhan atau dewa. Kemudian para ahli memberikan definisi tentang agma yang di antaranya:
1.      J.G. Frazer memberi definisi deskriftif dalam bahasa inggris yang artinya sebagai berikut:
“menyembah atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari pada manusia yang dianggap mengatur danmenguasai jalannya alam semesta dan jalannya kehidupan manusia”.
2.      Prof. K.H.M. Taib Thoir Abdul Muin mendefinisikan agama dalam bahasa arab yang artinya sebagai berikut:
“suatu peraturan tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal, memegang peraturan tuhan itu dengan kehendaknya sendiri untuk mencapai kebaikan hidup dan kebahagian kelak di akhirat (isitlah ini meliputi kepercayaan dan perbuatan)”.
Dalam mempelajari filsafat agama yang perlu dibicarakan ada dua kemungkinan yang berbeda yaitu:
1.      Dalam filsafat tidak dapat membicarakan kepercayaan agama atau kebenaran agama. Misalnya dalam membicarakan adakah Allah dan bagaimanakah Allah dapat menyatakan diri, wahyu, ilham, semuanya tidak dapat dibicarakan. Semuanya ini hanya di bicarakan hanya di bicarakan terutama pada abad tengah dan di perhatikan pula dalam filsafat islam dan filsafat india.
2.      Ilmu agama sebagai salah satu ilmu vak yang berarti termasuk ilmu-ilmu budaya yang menyelidik realitas lain dari pada realitas ini. Kalo ada ilmu agama maka ada pula filsafat agama.
B.Teori tentang agama
            Sudah lama orang memikirkan agama dan menanyakan agama, bagaimana terjadinya  agama dan strukturnya. Ilmu agama mencapai mutu ilmiah, baru pada abad yang lalu, sebab agama sebelumnya masuk filsafat.
            Pada zaman Renainsance dan pencerahan, pandanagan orang pada agama belum juga menguntungkan sebab agama di anggap satu tingkat kebudayaan yang belum tinggi.
Pandangan orang pada waktu itu, agama yang perlu di anut dan akali hanya islam dan nasrani. Agama-agama mulai diperhatikan pada zaman romantikyang mulai memperhatikan yang irrasional.
1.     Animisme
Dr.Harun Nasution secara ringkas menjelaskan bahwa masyarakat primitif menganggap semua benda baik yang bernyawa maupun tidak mempunyai roh, faham ini lah yang di katakan animisme,  dari kata latin anima yang berarti berjiwa.
Pada masyarakat primitif belum membedakan secara tajam pada yang disebut mayeri dan roh. Roh menurut mereka tersusun dari suatu zat atau materi yang halus sekali yang mirip dengan uap atau udara.
Politeisme
Ialah menyembah tuhan banyak. Politeisme juga menyembah roh nenek moyang dan kadang-kadang roh nenek moyang meningkat nmenjadi dewa.

Henoteisme
Adalah tidak menyangkal adanaya tuhan banyak tapi dapat meningkat kepada faham tuhan tunggal artinya tuhan utama menjadi tuhan satu bagi pemeluknya.


Monoteisme
Untuk melangkah mmeningkat menjadi monoteisme terjadinya demikian : kalau tuhan-tuhan asing di sangka musuh atau saingan tidak diakui lagi, yang ada diseluruh alamhanya ada satu tuhan yaitu satu Allah untuk seluruh manusia, satu tuhan yang menjadikan kosmos ini, dan tidak ada tuhan selain dia, maka faham inilah yang dinamakan monotehisme.
2.     Dinamisme
Dinamisme berasal dari kata yunani dynamis yang berarti kekuatan pada masyaratakt primitif atau pada tingkat kebudayaan yang masih rendah, tiap-tiap benda dapat mempunyai kekuatan batin yang rahasianya tidak diketahu, kekuatannya misterius.

BAB IV
KESIMPULAN
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmi-ilmu sosial, namun karena permasalahan- permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu sosial .

Jika kita membahas filsafat agama berarti kita tidak akan lepas pula dari pembahasan filsafat ketuhanan(Teologi Filsafat) yaitu hikmah(kebijaksanaan) menggunakan akal-pemikiran dalam menyelidiki ada dan esa-Nya tuhan.
Istilah ini nampaknya masih baru, namun pada hakikatnya tidaklah baru dalam materi, justru persoalan mencari dan menyelidki Tuhan telah ada semenjak manusia ada di permukaan bumi ini.
Sungguhpun istilah baru telah muncul setelah para ahli fikir mengemukakann kesimpulannya bahwa faham ketuhanan bukan hanya sutatu dogma belaka, atau suatu kepercayaan yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya melalui akal fikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuannya yang benar(yang sesuai dengan objeknya) ynag dapat di uji melalui logika akademi.

Penutup
Alhamdulillah dengan segala daya dan upaya makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu kami selaku penulis berharap kritik dan saran bagi setiap pembaca agar dapat lebih baik lagi dalam penyusunan makalah di masa yang akan datang.

                                                                                                     Penyusun


DAFTAR PUSTAKA
Amsal, Bakhtiar.2004, Filsafat Ilmu,cet I, Jakarta: PT raja grafindopersada
Aslam, Hady. 1986, Filsafat agama,Cet I, Jakarta : Rajawali
Suriasumantri, Jujun.S. 1985, Filsafat ilmu sebuah pengantar populer, cet II Jakarta: Sinar Harapan, Anggota IKAPI
Ya’qub, Hamzah . 1992,Filsafat Agama,Cet I, Jakarta: pedoman ilmu jaya.

1 komentar:

  1. Problem hubungan agama dengan ilmu


    Sebelum kita berbicara secara panjang lebar seputar hubungan antara agama dengan ilmu dengan segala problematika yang bersifat kompleks yang ada didalamnya maka untuk mempermudah mengurai benang kusut yang terjadi seputar problematika hubungan antara agama dengan ilmu maka kita harus mengenal terlebih dahulu dua definisi pengertian ‘ilmu’ yang jauh berbeda satu sama lain,yaitu definisi pengertian ‘ilmu’ versi sudut pandang Tuhan dan versi sudut pandang manusia yang lahir melalui kacamata sudut pandang materialist.
    Pertama adalah definisi pengertian ‘ilmu’ versi sudut pandang materialistik yang kita kenal sebagai ‘saintisme’ yang membuat definisi pengertian ‘ilmu’ sebagai berikut : ‘ilmu adalah segala suatu yang sebatas wilayah pengalaman dunia indera’,(sehingga bila mengikuti definisi saintisme maka otomatis segala suatu yang bersifat abstrak - gaib yang berada diluar wilayah pengalaman dunia indera menjadi tidak bisa dimasukan sebagai wilayah ilmu).faham ini berpandangan atau beranggapan bahwa ilmu adalah ‘ciptaan’ manusia sehingga batas dan wilayah jelajahnya harus dibingkai atau ditentukan oleh manusia.
    Kedua adalah definisi pengertian ‘ilmu’ versi sudut pandang Tuhan yang mengkonsepsikan ‘ilmu’ sebagai suatu yang harus bisa mendeskripsikan keseluruhan realitas baik yang abstrak maupun yang konkrit sehingga dua dimensi yang berbeda itu bisa difahami secara menyatu padu sebagai sebuah kesatuan system.pandangan Ilahiah ini menyatakan bahwa ilmu adalah suatu yang berasal dari Tuhan sehingga batas dan wilayah jelajahnya ditentukan oleh Tuhan dan tidak bisa dibatasi oleh manusia,artinya bila kita melihatnya dengan kacamata sudut pandang Tuhan dalam persoalan cara melihat dan memahami ‘ilmu’ manusia harus mengikuti pandangan Tuhan.
    Bila kita merunut asal muasal perbedaan yang tajam antara konsep ilmu versi saintisme dengan konsep ilmu versi Tuhan sebenarnya mudah : kekeliruan konsep ‘ilmu’ versi saintisme sebenarnya berawal dari pemahaman yang salah atau yang ‘bermata satu’ terhadap realitas,menurut sudut pandang materialist ‘realitas’ adalah segala suatu yang bisa ditangkap oleh pengalaman dunia indera,sedang konsep ‘realitas’ versi Tuhan : ‘realitas’ adalah segala suatu yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi ‘ada’,dimana seluruh realitas yang tercipta itu terdiri dari dua dimensi : yang abstrak dan yang konkrit,analoginya sama dengan realitas manusia yang terdiri dari jiwa dan raga atau realitas komputer yang terdiri dari software dan hard ware.
    Berangkat dari pemahaman terhadap realitas yang bersifat materialistik seperti itulah kaum materialist membuat definisi konsep ilmu sebagai berikut : ‘ilmu adalah segala suatu yang sebatas wilayah pengalaman dunia indera’ dan metodologi ilmu dibatasi sebatas sesuatu yang bisa dibuktikan secara empirik ( kemudian pengertian kata ‘ilmu’ diparalelkan dengan sains seolah ‘ilmu’ = ‘sains’).
    Ini adalah konsep yang bertentangan dengan konsep dan metodologi ilmu versi Tuhan,karena realitas terdiri dari dua dimensi antara yang konkrit dan yang abstrak maka dalam pandangan Tuhan (yang menjadi konsep agama) konsep ‘ilmu’ tidak bisa dibatasi sebatas wilayah pengalaman dunia indera dan metodologinya pun tidak bisa dibatasi oleh keharusan untuk selalu terbukti langsung secara empirik oleh mata telanjang,sebab dibalik realitas konkrit ada realitas abstrak yang metodologi untuk memahaminya pasti berbeda dengan metodologi untuk memahami ilmu material (sains),dan kedua : manusia bukan saja diberi indera untuk menangkap realitas yang bersifat konkrit tapi juga diberi akal dan hati yang memiliki ‘mata’ dan pengertian untuk menangkap dan memahami realitas atau hal hal yang bersifat abstrak.

    BalasHapus